Newest Post
// Posted by :Unknown
// On :Selasa, 14 Oktober 2014
Suatu hari seorang pemuda berjalan di sebuah desa yang
sangat asri, dihiasi oleh banyak pepohonan, udara yang penuh dengan kesejukan,
dan sungai-sungai yang mengalir begitu jernihnya. Sebuah perjalanan biasanya
kebanyakan orang membawa cukup perbekalan baik uang, atau makanan minuman dan
sebagainya. Namun berbeda dengan pemuda ini, bukan karena lupa membawa
perbekalan namun ketiadaanya yang membuat pemuda ini tidak membawa apa-apa.
Perjalanan yang cukup melelahkan membuat pemuda ini
merasakan dahaga dan lapar, wajarlah karena memang pemuda ini seorang manusia
biasa bukan malaikat. Singkat cerita pemuda ini melihat ada satu buah apel yang
jatuh dari pohonnya, dengan semangat dan tanpa berfikir panjang, apakah buah
itu kotor atau setengah kotor dia tak peduli dengan hal itu langsung saja
pemuda ini mengejar dengan rasa riang dan bahagia. Ia pun mendapatkannya dengan
mudah, dicuci lalu dimakannya setelah membaca basmalah, ia pun menghilangkan
dahaga hausnya dengan meminum seteguk air sungai yang segar.
Setelah pemuda ini baru saja memakan setengah dari buah apel
tersebut lalu tiba-tiba terbesitlah ia, bahwa sesungguhnya darimanakah buah
apel itu berasal? Orang yang bertakwa kepada Allah, jika digoda dengan syetan
akan cepat mengingat Allah SWT.
“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa
was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, Maka ketika itu juga mereka
melihat kesalahan-kesalahannya”.(QS Al A’raf:
201).
Subhanallah. Lalu pemuda ini menelusuri pohon yang kira-kira
dari manakah buah apel ini berasal, tidak mungkin buah apel ini datang begitu
saja, pasti berasal dari sebuah pohon. Akhirnya pemuda ini menemukan pohon apel
tersebut. Dengan rasa yang sangat takut, karena merasa memakan makanan yang
bukan
miliknya,
seperti takutnya sahabat Abu Bakar radiyallahu an’hu takkala
tahu makanan yang dimakan itu tidak halal, ia segera memasukkan jari ke
mulutnya dan memuntahkan semua makananannya. (HR Bukhari).
Kemudian pemuda ini memberanikan diri untuk masuk ke salah
satu rumah penduduk yang diduga pemilik pohon apel tersebut. Lalu dengan nada
suara yang lembut, pemuda ini mengucapkan salam. Setelah berbicara panjang, apa
yang ditanyakan oleh pemuda ini dibetulkan oleh pejaga rumah lalu ia pun mendatangi
pemilik pohon apel itu. Pemuda ini kemudian meminta maaf kepada pemilik pohon
karena sudah memakan buahnya tanpa seizinnya meskipun bukan maksud
mengambilnya, namun karena keadaan spontan dan juga karena ditemukan di tanah.
Pemilik pohon ini, didalam hatinya merasa terkagum-kagum
dengan perilaku yang dilakukan pemuda tersebut. Walaupun pemuda ini sudah
meminta maaf, namun pemilik kebun tak semudah itu memaafkannya, dikarenakan
pemilik kebun merasa ada sesuatu yang beda dengan pemuda ini. Tidak sembarang
pemuda, yang ini sangat berbeda dengan pemuda-pemuda lain. Selanjutnya sang
pemilik pohon mau memaafkan kesalahannya asalkan dengan satu syarat. Syaratnya
adalah jika pemuda ini sanggup maka akan dimaafkan segela kesalahannya. Tanpa
berfikir panjang pemuda ini mengiyakannya, karena takutnya kepada Allah SWT (QS
An-Nisa: 29).
Namun ternyata syarat yang diajukan ini sangat mengejutkan,
karena syaratnya adalah pemilik pohon menginginkan pemuda ini menikahi
putrinya. Dengan rasa berat namun dilandasi keimanan yang kokoh, pemuda ini pun
mengiyakan syarat tersebut. Selanjutnya pemilik pohon menceritakan singkat
profil putrinya ini. Bahwasanya putrinya ini mempunyai mata yang buta, mulut
bisu, telinga tuli dan lumpuh. Hal ini sempat menggegerkan kembali hati pemuda
tersebut, namun dengan iman yang mantap ia pun mengiyakan itu semua. Lalu
terjadilah akad pernikahan. Sesudah pernikahan usai, pemuda ini dipersilahkan
masuk menemui istrinya.
Sewaktu pemuda ini hendak masuk ke kamar pengantin, dia
berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu, karena
ia menyakini bahwa malaikat tentu tidak tuli dan bisu. Maka pemuda inipun
mengucapkan salam, tak disangka putri yang ada dihadapannya itu menjawab
salamnya. Bahkan ketika pemuda ini masuk dan menghampiri putri itu, dia pun
mengulurkan tangannya. Pemuda ini terkejut karena putri yang kini menjadi
istrinya itu menyambut uluran tangannya.
Pemuda ini berkata dalam hatinya, bapak pemilik pohon itu
berkata bahwa putrinya itu tuli dan bisu tetapi mengapa putrinya menyambut
salamku? Berarti putri yang ada dihadapannya dapat mendengar dengan baik dan
tidak bisu. Kemudian bapak itu juga mengatakan bahwa putrinya buta dan lumpuh
tetapi mengapa putrinya menyambut kedatangannya dengan ramah dan mesra? Pemuda ini
berpikir sejenak, mengapa bapaknya menyampaikan berita-berita yang bertentangan
dengan keadaan sebenarnya?
Setelah pemuda ini
duduk di kamar putrinya itu, dia bertanya kepada putri itu, bapakmu mengatakan
kepadaku bahwa engkau buta, mengapa demikian? Putri itu kemudian
menjawab,"bapakku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang
diharamkan Allah SWT".
Kemudian pemuda ini bertanya lagi, bapakmu juga mengatakan
bahwa engkau tuli. Mengapa demikian? Putri itu menjawab,"Bapakku benar,
karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak
membuat ridha Allah SWT" .
Bapakmu juga menceritakan kepadaku bahwa kamu bisu dan
lumpuh? Mengapa demikian? Putri itupun kembali menjawab, "Aku dikatakan
bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma
Allah SWT saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke
tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah SWT".Subhanallah..
Pemuda ini pun merasa sangat bahagia, karena mendapatkan
istri yang ternyata sangat salehah dan putri yang selalu memelihara kehormatan
dirinya. Cerita bapak mertuanya ternyata semua itu hanyanlah kiasan semata,
Alhamdulillah. Dengan bangganya pemuda ini, ia bercerita perihal tentang
istrinya, "Ketika kulihat wajahnya...Subhanallah, Dia bagaikan bulan
purnama di malam yang gelap" .
Kemudian pemuda saleh dan pemudi salehah itu hidup rukun dan bahagia, keluarga penuh dengan keberkahan, keluarga sakinah-mawaddah-warahmah (QS.Ar-Rum:21). tak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang sangat saleh, melahirkan generasi qurani.