Newest Post
// Posted by :Unknown
// On :Minggu, 05 Oktober 2014
Mendengar itu adalah makam Eyang Haji Jaya Pakuan, tubuh H Netty
Medina S langsung lemas. Darahnya seakan berhenti mengalir. Itulah
"makam" prabu Siliwangi, yang selama ini dicari. Bahkan oleh tim 11 ahli
sejarah yang dibentuk Gubernur Jabar Mashudi waktu itu. Saking cinta
kepada leluhurnya, makam itu dipindah Hj Netty ke belakang pekarangan
rumahnya di Kp Ngamprah Pasir Pari, Desa Nengkelan, Ciwidey, Kabupaten
Bandung.
Makam di lereng Gunung Pangrango, Kampung Sela Gombong, Desa Cikancana, Kec. Pacet, Cianjur, Jabar itu ternyata ada yang menunggui. Ia adalah seorang tua berusia 143 tahun. Namanya Abah Acing. Orang aneh ini tahu pesis sejarah makam itu. Seakan dia pernah mengalami sendiri masa-masa tersebut. Dulu, kata Abah Acing, di depan makam tersebut ada sebuah sungai bernama Cinangsi. Sungai itu tempat berkumpulnya prajurit-prajurit pasukan Pajajaran (semacam tangsi).
Masih menurut Abah Acing, tak jauh dari tempat itu ada lagi sungai yang sering disebut orang Cikujang. Disitulah disimpannya benda-benda pusaka Pajajaran, seperti kujang dan lainnya. Nama Cikujang sendiri diambil dari nama benda pusaka khas Sunda tersebut. Masih di sekitar situ, ada lagi tempat patilasan Kian Santang dengan makam istrinyayang bernama Nyai Emas Rantaijati. Penemuan "makam" Prabu Siliwangi ini terjadi tahun 1975.
Prabu Siliwangi
Seperti diungkap Hj Netty Medina, ihwal makam itu adalah sebagai berikut. Suatu ketika, Prabu Siliwangi meninggalkan keratonnya. Ia diiringi para ksatria pengawalnya. Diantaranya Eyang Ki Santang, yang terkenal dengan julukan Gagaklumayung. Sang Praju juga diiringi Eyang Enjang Panadean Ukur, dan beberapa putranya.
Sang Prabu bersama rombongan berangkat menuju ke arah timur. Rombongan melewati suatu daerah, yang sekarang bernama Cianjur. Lalu singgah di Pasir Pakuan, atau Desa Cikancana, Pacet, Cianjur. Pada masa itu keadaan sangat tidak aman. Maka dibuatlah sebuah siasat untuk mengelabui musuh. Yakni dengan membikin kuburan Prabu Siliwangi palsu. Kuburan itu diberinama pasarean Eyang Haji Jaya Pakuan.
Setelah itu, sang Prabu meneruskan perjalanan seorang diri,t anpa pengawalan. Sampailah ia ke daerah laut selatan. Dis itulah Sang Prabu ngahiyang (menghilang). Sukma Sang Prabu jadi satu dengan kekuatan gaib yagn tidak bisa diraba, tapi hanya bisa dirasakan oleh sebuah keyakinan.
Makam Dipindah
Sejak ditemukan pertama kali, makam itu jarang didatangi lagi. Sebab lokasinya yang jauh dan sulit ditempuh dari rumah Hj Netty di Perkebunan Vada Cikalong Kulon saat itu. namun ketika beberapa tahun kemudian mengunjungi makam itu lagi, Hj Netty tak menemukan Abah Acing. Yang ada hanya sebuah wasiat dari orang tua itu, bahwa dirinya akan pulang ke rahmatullah. Alasannya, saat itu telah ada orang yang akan mengurus dan memelihara makam itu. yang dimaksud Abah Acing dalam wasiatnya, tak lain adalah Hj Netty Medina S. dan ternyata, menurut silsilah keluarga, Hj Netty masih termasuk keturunan ke-27 Raja Galuh, atau keturunan ke-9 dari Eyang Dalem RH Abdul Manf, yang makamnya terletak di Kampung Mahmud, Bandung.
Untuk memudahkan pemeliharaan dan kelestarian sejarah Pajajaran, pada 27 Oktober 1987, makam itu dipindah ke belakang pekarangan Hj Netty di Ciwidey. Pemindahan dilakukan dengan prosesi layaknya memindahkan makam secara Islami. Beberapa tokoh masyarakat di lereng Gunung Pangrango diundang. Yang dipindahkan hanyalah sejumput tanah dari atas makam keramat itu, lalu dimasukkan ke dalam peti.
Kini makam prabu Siliwangi terawat apik di Kampung Ngamprah Pasir Pari, Desa Nengkelan, ciwidey. Tempatnya berada persis di atas sebuah bukit yang indah. Untuk mencapai makam itu, harus menapaki beberapa anak tangga. Di atas pusaranya terdapat prasasti bertulis, "Sembah Eyang H Jaya Pakuan gelar Puun Prabu Seda Wali Sakti Hidayatulloh Siliwangi ngalih ti Kutaluhur Gunung Pnagrango Cianjur ka Ngamprah Pasir Pari Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey.
Sejak makam itu dipindah, banyak yang datang untuk ziarah. Mereka ingin melihat langsung keberadaan makam tersebut, dan tak sedikit pula yang punya maksud-maksud tertentu. Kejadian-kejadian aneh pun, kerap pula terjadi di situ. Misalnya suatu ketika, ia kedatangan tamu dari Jakartanya. Dia adalah seorang kontraktor. Ketika akan menaik tangga menuju makam, tiba-tiba ia terduduk dan bersimpuh. Seperti bergerak di luar kesadaran, ia berjalan mengengsod, layaknya seorang abdi kerajaan yang hendak megnhadap sang raja. Cara berjalan seperti itu terus dilakukan hingga mendekati makam.
Orang-orang yang melihatnya, tentu merasa heran. Ketika ia sadar dan ditanya, katanya ia melihat seseorang berpakaian bak seorang raja di atas sana. Orang itu berdiri tegak, sangat anggun dan berwibawa. Konon, itulah adalah Prabu Siliwangi yang menampakkan diri
Makam di lereng Gunung Pangrango, Kampung Sela Gombong, Desa Cikancana, Kec. Pacet, Cianjur, Jabar itu ternyata ada yang menunggui. Ia adalah seorang tua berusia 143 tahun. Namanya Abah Acing. Orang aneh ini tahu pesis sejarah makam itu. Seakan dia pernah mengalami sendiri masa-masa tersebut. Dulu, kata Abah Acing, di depan makam tersebut ada sebuah sungai bernama Cinangsi. Sungai itu tempat berkumpulnya prajurit-prajurit pasukan Pajajaran (semacam tangsi).
Masih menurut Abah Acing, tak jauh dari tempat itu ada lagi sungai yang sering disebut orang Cikujang. Disitulah disimpannya benda-benda pusaka Pajajaran, seperti kujang dan lainnya. Nama Cikujang sendiri diambil dari nama benda pusaka khas Sunda tersebut. Masih di sekitar situ, ada lagi tempat patilasan Kian Santang dengan makam istrinyayang bernama Nyai Emas Rantaijati. Penemuan "makam" Prabu Siliwangi ini terjadi tahun 1975.
Prabu Siliwangi
Seperti diungkap Hj Netty Medina, ihwal makam itu adalah sebagai berikut. Suatu ketika, Prabu Siliwangi meninggalkan keratonnya. Ia diiringi para ksatria pengawalnya. Diantaranya Eyang Ki Santang, yang terkenal dengan julukan Gagaklumayung. Sang Praju juga diiringi Eyang Enjang Panadean Ukur, dan beberapa putranya.
Sang Prabu bersama rombongan berangkat menuju ke arah timur. Rombongan melewati suatu daerah, yang sekarang bernama Cianjur. Lalu singgah di Pasir Pakuan, atau Desa Cikancana, Pacet, Cianjur. Pada masa itu keadaan sangat tidak aman. Maka dibuatlah sebuah siasat untuk mengelabui musuh. Yakni dengan membikin kuburan Prabu Siliwangi palsu. Kuburan itu diberinama pasarean Eyang Haji Jaya Pakuan.
Setelah itu, sang Prabu meneruskan perjalanan seorang diri,t anpa pengawalan. Sampailah ia ke daerah laut selatan. Dis itulah Sang Prabu ngahiyang (menghilang). Sukma Sang Prabu jadi satu dengan kekuatan gaib yagn tidak bisa diraba, tapi hanya bisa dirasakan oleh sebuah keyakinan.
Makam Dipindah
Sejak ditemukan pertama kali, makam itu jarang didatangi lagi. Sebab lokasinya yang jauh dan sulit ditempuh dari rumah Hj Netty di Perkebunan Vada Cikalong Kulon saat itu. namun ketika beberapa tahun kemudian mengunjungi makam itu lagi, Hj Netty tak menemukan Abah Acing. Yang ada hanya sebuah wasiat dari orang tua itu, bahwa dirinya akan pulang ke rahmatullah. Alasannya, saat itu telah ada orang yang akan mengurus dan memelihara makam itu. yang dimaksud Abah Acing dalam wasiatnya, tak lain adalah Hj Netty Medina S. dan ternyata, menurut silsilah keluarga, Hj Netty masih termasuk keturunan ke-27 Raja Galuh, atau keturunan ke-9 dari Eyang Dalem RH Abdul Manf, yang makamnya terletak di Kampung Mahmud, Bandung.
Untuk memudahkan pemeliharaan dan kelestarian sejarah Pajajaran, pada 27 Oktober 1987, makam itu dipindah ke belakang pekarangan Hj Netty di Ciwidey. Pemindahan dilakukan dengan prosesi layaknya memindahkan makam secara Islami. Beberapa tokoh masyarakat di lereng Gunung Pangrango diundang. Yang dipindahkan hanyalah sejumput tanah dari atas makam keramat itu, lalu dimasukkan ke dalam peti.
Kini makam prabu Siliwangi terawat apik di Kampung Ngamprah Pasir Pari, Desa Nengkelan, ciwidey. Tempatnya berada persis di atas sebuah bukit yang indah. Untuk mencapai makam itu, harus menapaki beberapa anak tangga. Di atas pusaranya terdapat prasasti bertulis, "Sembah Eyang H Jaya Pakuan gelar Puun Prabu Seda Wali Sakti Hidayatulloh Siliwangi ngalih ti Kutaluhur Gunung Pnagrango Cianjur ka Ngamprah Pasir Pari Desa Nengkelan Kecamatan Ciwidey.
Sejak makam itu dipindah, banyak yang datang untuk ziarah. Mereka ingin melihat langsung keberadaan makam tersebut, dan tak sedikit pula yang punya maksud-maksud tertentu. Kejadian-kejadian aneh pun, kerap pula terjadi di situ. Misalnya suatu ketika, ia kedatangan tamu dari Jakartanya. Dia adalah seorang kontraktor. Ketika akan menaik tangga menuju makam, tiba-tiba ia terduduk dan bersimpuh. Seperti bergerak di luar kesadaran, ia berjalan mengengsod, layaknya seorang abdi kerajaan yang hendak megnhadap sang raja. Cara berjalan seperti itu terus dilakukan hingga mendekati makam.
Orang-orang yang melihatnya, tentu merasa heran. Ketika ia sadar dan ditanya, katanya ia melihat seseorang berpakaian bak seorang raja di atas sana. Orang itu berdiri tegak, sangat anggun dan berwibawa. Konon, itulah adalah Prabu Siliwangi yang menampakkan diri